Wajib Tau! Stunting Adalah Masalah Gizi Yang Sangat Berbahaya
Selain tenaga kesehatan atau orang yang berkecimpung di dunia kesehatan istilah "Stunting" pasti terdengar asing. Entah mengapa banyak orang yang tidak mengetahui hal ini, apakah kurangnya promosi atau masalah lainnya saya pun kurang memahaminya. Namun dengan artikel ini saya harap semakin banyak Masyarakat di Indonesia yang memahami tentang "Stunting".
Anak-anak adalah masa depan suatu negara, untuk itu harus sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Jika anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas, mereka akan menjadi generasi emas menuju kesuksesan pembangunan bangsa.
Namun jika anak-anak terlahir dan tumbuh dengan kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak kerdil atau stunting yang mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Pemenuhan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan adalah prioritas utama dan sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan seseorang ketika dewasa nanti.
Dampak stunting jangka pendek yang terjadi pada masa kanak-kanak antara lain perkembangan yang terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem pembakaran.
Sedangkan dampak stunting jangka panjang terjadi pada masa dewasa antara lain: timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas. Jadi penyakit yang terjadi saat dewasa bisa saja terjadi akibat pada waktu kecil dulu kita tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Keterlambatan berpikir juga bisa terjadi akibat stunting.
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Walaupun promosi kesehatan sangat gencar dilakukan oleh Pemerintah serta mudahnya akses informasi mengenai stunting, namun masih banyak ibu kurang mengetahui tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI harus diberikan atau mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan
Data dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin berkurang dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.
Selain itu 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi
Harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Berdasarkan data RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS, komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibandingkan dengan di New Delhi, India. Harga sayuran dan buah di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
Namun faktor paling utama adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya gizi pada anak balita, sehingga pemenuhan makanan bergizi bukan menjadi prioritas utama. Sebagai contoh biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan untuk membeli makanan bergizi.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Fakta yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
1. Sanitasi
Perhatikan kebersihan lingkungan, konsumsi air bersih, BAB di jamban dan cuci tangan sebelum makan.
2. Pola Asuh
Berikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Selain itu lakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
3. Pola Makan
Konsumsi makanan harus sesuai pedoman gizi seimbang dengan makan beraneka ragam karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal konsumsi 90 tablet selama kehamilan. Ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat anak makan sangat dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu.
Mari penuhi kebutuhan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan anak untuk kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Walau pun hanya 1000 hari, namun itulah waktu yang sangat menentukan kehidupan seseorang di kemudian hari.
Semoga bermanfaat.
Definisi Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah usia dua tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama.Anak-anak adalah masa depan suatu negara, untuk itu harus sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Jika anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas, mereka akan menjadi generasi emas menuju kesuksesan pembangunan bangsa.
Namun jika anak-anak terlahir dan tumbuh dengan kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak kerdil atau stunting yang mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Kapan Terjadi Stunting ?
Stunting bisa terjadi sejak janin dalam kandungan sang Ibu. Maka dari itu menjaga asupan gizi selama 1000 Hari Pertama Kehidupan perlu diperhatikan.Stunting terjadi sejak Ibu mulai mengandung hingga anak usia 2 tahun, 80% pembentukan otak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Pemenuhan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan adalah prioritas utama dan sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan seseorang ketika dewasa nanti.
Bahaya Stunting
Walaupun pemberian makanan bergizi yang tepat pada 1000 hari pertama kehidupan terkesan sepele, namun sebenarnya inilah masa emas untuk membentuk anak yang sehat secara fisik dan mental. Karena apabila sampai terjadi stunting pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu hingga dewasa.Dampak stunting jangka pendek yang terjadi pada masa kanak-kanak antara lain perkembangan yang terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem pembakaran.
Sedangkan dampak stunting jangka panjang terjadi pada masa dewasa antara lain: timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas. Jadi penyakit yang terjadi saat dewasa bisa saja terjadi akibat pada waktu kecil dulu kita tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Keterlambatan berpikir juga bisa terjadi akibat stunting.
Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk selama ibu mengandung maupun anak balita. Lebih jelasnya, beberapa faktor penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Walaupun promosi kesehatan sangat gencar dilakukan oleh Pemerintah serta mudahnya akses informasi mengenai stunting, namun masih banyak ibu kurang mengetahui tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI harus diberikan atau mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan
Data dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin berkurang dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.
Selain itu 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses keluarga ke makanan bergizi
Harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Berdasarkan data RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS, komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibandingkan dengan di New Delhi, India. Harga sayuran dan buah di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
Namun faktor paling utama adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai pentingnya gizi pada anak balita, sehingga pemenuhan makanan bergizi bukan menjadi prioritas utama. Sebagai contoh biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan untuk membeli makanan bergizi.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Fakta yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
Cara Mencegah Stunting
Ada 3 point penting untuk mencegah terjadinya stunting, ketiganya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.1. Sanitasi
Perhatikan kebersihan lingkungan, konsumsi air bersih, BAB di jamban dan cuci tangan sebelum makan.
2. Pola Asuh
Berikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Selain itu lakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
Konsumsi makanan harus sesuai pedoman gizi seimbang dengan makan beraneka ragam karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal konsumsi 90 tablet selama kehamilan. Ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat anak makan sangat dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu.
Mari penuhi kebutuhan gizi selama 1000 hari pertama kehidupan anak untuk kualitas hidup yang lebih baik di masa depan. Walau pun hanya 1000 hari, namun itulah waktu yang sangat menentukan kehidupan seseorang di kemudian hari.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Wajib Tau! Stunting Adalah Masalah Gizi Yang Sangat Berbahaya"